Momen² peringatan HUT ke 74 SMPN 2 Palembang, yang diabadikan dalam foto dan video...
7 Desember 1950 - 7 Desember 2024
dokumentasi dan laporan kegiatan
Blog kegiatan alumni SMPN 2 Palembang dalam menjalin silaturahmi dengan semua alumni SMPN 2 Palembang dari semua angkatan dan tahun kelulusan yang tersebar di seluruh Indonesia....
Momen² peringatan HUT ke 74 SMPN 2 Palembang, yang diabadikan dalam foto dan video...
7 Desember 1950 - 7 Desember 2024
dokumentasi dan laporan kegiatan
Ikabami SMP negeri 2 Palembang memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 pada 17 Agustus 2024,
Keluarga mempelai laki-laki menyewakan gowok untuk anak mereka sebelum menikah.
Gowok akan mengajarkan salah satunya tentang memuaskan istri dan memperkenalkan tubuh perempuan.
Calon mempelai laki-laki akan tinggal di rumah gowok selama beberapa hari untuk kemudian menerapkan ilmu yang sudah diperoleh kepada istrinya ketika sudah menikah.
Akan tetapi ini bukan hanya soal seks saja, termasuk juga untuk urusan rumah tangga. Diketahui, lamanya masa pergowokan ini biasanya berlangsung hanya beberapa hari saja dan maksimal selesai dalam satu minggu.
Sc:
https://harianmuba.disway.id/amp/647469/mengenal-apa-itu-gowok-wanita-pelatih-seksual-pria-jawa-zaman-dulu?fbclid=IwY2xjawE-HGxleHRuA2FlbQIxMQABHby02MJYlDvtBAOrojNY9AuCm2M9H2UsNGUEew2MYhDrYiPByyQ828PVyg_aem_teqhKF-x6h2yykykb1jelA
Dokumentasi foto/video kegiatan bhakti sosial IKABAMI SMPN 2 Palembang dengan berbagi makan siang gratis berupa nasi kotak kepada masyarakat umum
Kegiatan kali ini (16 Agustus 2024) mengambil lokasi di jalan merdeka bersama ojol, Abang Beca dan pedagang kaki lima/asongan maupun masyarakat umum yg sedang melintas.Tim pelaksana :Bidang Sosial IKABAMI SMPN 2 Palembang melaksanakan bhakti sosial Jumat Berkah menyalurkan infaq triwulan Alumni dengan berbagi kepada masyarakat umum, kali dibagikan berupa nasi kotak kepada santri dan santriwati pondok tahfiz az-Zaky jalan Tegal Binangun Jakabaring Palembang.
Wakil ketua umum IKABAMI SMPN 2 Palembang Farida Aryani alumni tahun 1981didampingi ketua bidang Sosial IKABAMI Merdi Apriadi dari alumni tahun 1987, mewakili ketua secara simbolis membagikan makan siang bersama berupa nasi kotak sumbangan dari donatur-donatur alumni SMPN 2 Palembang.Sejarah berdirinya Kota Solo ternyata tak bisa dipisahkan dari peristiwa Geger Pecinan yang terjadi pada 1740-an.
Bagaimana hubungan keduanya?
17 Februari 2024, Kota Solo atau Kota Surakarta merayakan hari jadinya yang ke-279.
Perayaan Hari Jadi Kota Solo dipusatkan di Taman Balekambang, Sabtu (17/2) tempo hari.
Seperti disebut di awal, sejarah lahirnya Kota Solo tak terlepas dari peristiwa dahsyat yang terjadi pada 1740.
Itu adalah peristiwa Geger Pecinan yang bikin VOC pusing tujuh keliling.
Perayaan Hari Jadi Kota Solo biasanya ditandai dengan perayaan Kirab Boyong Kedaton.
Kirab Boyong Kedaton menandai perpindahan pusat Kerajaan Mataram Islam dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta Hadiningrat di Desa Sala, berdasarkan informasi dari dokumen Kirab Prosesi Boyong Kedaton 2023.
“(Kirab Boyong Kedaton) lebih ke memaknai ulang tahun Kota Solo melalui perpindahan dua keraton ini, sebagai lahirnya Kota Solo," tutur Panitia Kirab Boyong Kedaton Heru Mataya pada perayaan 2023 lalu.
Kelahiran Kota Solo melalui sejarah panjang serta berbagai peristiwa penting yang berkaitan dengan Kerajaan Mataram Islam dan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Seperti disebut di awal, kelahiran Kota Solo bermula dari peristiwa Geger Pecinan.
Itu adalah peristiwa pemberontakan etnis Tionghoa dan Jawa yang dipimpin oleh Raden Mas Garendi atau dikenal sebagai Sunan Kuning.
Latar belakang Geger Pecinan adalah Sunan Pakubuwono II yang yang kala itu memimpin Keraton Kartasura berpihak kepada Belanda.
Padahal, Sunan Pakubuwono II telah bersumpah setia untuk mengusir kompeni Belanda dari tanah Jawa bersama pasukan Jawa dan pasukan Pecinan (etnis Tionghoa).
Sikap Sunan Pakubuwono II tersebut menyulut pemberontakan dipimpin oleh Sunan Kuning.
Sunan Kuning alias Raden Mas Garendi merupakan sepupu Pakubuwono II sendiri.
Sunan Pakubuwono II mengungsi selama sepekan di Ponorogo, Jawa Timur.
Keraton Kartasura hancur Imbas dari Geger Pecinan, bangunan Keraton Kartasura hancur dan porak poranda.
Dalam kepercayaan Jawa, apabila kerajaan kalah dalam perang dan hancur maka sudah tak pantas lagi untuk dibangun kembali.
Jika dibangun pada lokasi yang sama, maka kerajaan tersebut akan disepelekan oleh kerajaan-kerajaan lainnya.
Akhirnya Sunan Pakubuwono II memerintahkan pemindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala.
Proses perpindahan Keraton Kartasura ke Desa Sala dilakukan pada Rabu, 17 Februari 1745.
Peristiwa tersebut menandai lahirnya Kota Solo.
Proses perpindahan tersebut disebut sebagai Boyong Kedaton, atau perpindahan Keraton Kartasura menuju Keraton baru di Desa Sala.
Kirab Boyong Kedaton dimulai dengan gelaran tari bedhaya dan srimpi, disusul dengan tembakan senapan tiga kali disambung bunyi meriam menggelegar.
Dipimpin langsung oleh Sunan Pakubuwono II, rombongan besar Kerajaan Mataram Islam, berpindah dari Keraton Kartasura yang sudah hancur ke Keraton Surakarta di Desa Sa
la.
Rombongan keluarga raja dan pejabat tinggi kerajaan dikawal lima batalyon prajurit dan 200 prajurit berkuda.
Seluruh pusaka dan harta benda kerajaan turut diboyong.
Adapun keraton yang baru diberi nama Keraton Surakarta Hadiningrat yang masih digunakan hingga saat ini.
Pusat Kerajaan Mataram Islam yang baru dipindahkan dari Keraton Kartasura yang hancur akibat Geger Pecinan ke Keraton Surakarta di Desa Sala.
Desa Sala kala itu dipimpin oleh seorang sepuh bernama Ki Gede Sala.
Desa Sala dipilih sebagai lokasi keraton baru karena keberadaan Sungai Bengawan Solo yang berfungsi sebagai pusat perdagangan.
Pihak kerajaan melakukan pembebasan tanah untuk dibangun keraton dengan membayar uang kepada penduduk sekitar.
Pembangunan Keraton Surakarta Hadiningrat dimulai pada 1743 hingga 1745.
Secara resmi, Keraton Surakarta Hadiningrat di Desa Sala mulai ditempati pada 17 Februari 1745, meskipun pembangunannya belum selesai sepenuhnya.
Saat ini, masyarakat familiar dengan nama Kota Surakarta dan Kota Solo.
Pengamat Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prof. Dr. Bani Sudardi menjelaskan, nama Solo diambil dari Desa Sala, lokasi keraton baru.
“Sebutan masyarakat umum, karena tempat itu namanya Sala, maka sering menyebut Sala,” terangnya dikutip dari Kompas.com (9/11/2022).
Bani menjelaskan pelafalan nama Sala seperti huruf sa dan la dalam aksara Jawa.
Sayangnya, masyarakat acapkali salah eja dengan menggunakan huruf A, sehingga guna menghindari salah pelafalan tersebut, maka tulisannya diganti dengan Solo, dengan menggunakan huruf O.
“Orang membacanya cenderung menjadi Sala, kemudian diubah tulisannya menjadi Solo. Maksudnya supaya dibaca menjadi Solo, sehingga ditulis Solo,” terangnya.
Meskipun masyarakat lebih familier dengan nama Solo, namun Bani menyatakan bahwa nama administrasi yang digunakan hingga saat ini adalah Surakarta.
Hal ini sesuai dengan informasi dari laman situs DPRD Kota Surakarta, bahwa nama Surakarta digunakan dalam kondisi formal atau pemerintahan.
Sedangkan, nama Solo lebih banyak digunakan dalam percakapan umum.
“Nama resmi untuk pemerintahan adalah Surakarta,” katanya.
Begitulah, sejarah berdirinya Kota Solo ternyata tak bisa dipisahkan dari peristiwa Geger Pecinan yang terjadi pada 1740-an, semoga bermanfaat.
Sc:
https://intisari.grid.id/tag/sejarah
Pengurus bidang sosial IKABAMI SMPN 2 Palembang berkesempatan menyalurkan bantuan sosial dari alumni yang dikelola dan diserahkan pertiga bulan oleh pengurus bidang sosial IKABAMI, rumah tahfis Aminah Fadhila Az Dzaky pada sabtu 2 Maret 2024, rumah tahfiz ini sendiri adalah rumah milik Fadhila Maya Sari alumni tahun 1992 SMPN 2 Palembang yang difungsikan menjadi rumah tahfiz dan dikelola oleh Ustadz Abdurrahman sebagai pengasuhnya.
Fadhila Maya Sari sendiri selaku pemilik rumah tidak berdomisili di Palembang, sedang menjalankan tugas mengabdi sebagai Kajari kab Bungo di Jambi, dari kunjungan ke rumah tahfiz Aminah Fadhila Az Dzaky kami dapati cukup banyak santri/santriwati lebih kurang 70 orang yang menjadi anak asuh dari pengelola.
Semoga menjadi amal soleh yang bernilai pahala disisi Allah Subhanahu wa ta'ala, barokallahu fiik...
Patung Ikan Belido dibuat oleh seniman asal Boyolali, Jawa Tengah, yang kemudian dirakit di Kota Palembang.
Patungnya terbuat dari lempengan tembaga, kerangkanya dibuat dari baja, sedangkan lapisan luarnya adalah perak.
Menghadap ke Sungai Musi, tugu ini dapat mengeluarkan air mancur melalui mulutnya.
Meski merupakan hewan endemik di Sungai Musi, keberadaan ikan belido ini sudah nyaris punah.
Biasanya, ikan belida memakan ikan-ikan kecil di Sungai Musi.
Ikan sungai ini hanya bisa hidup di air bersih yang tidak tercemari oleh limbah, baik limbah industri maupun limbah rumahan.
Hal itu membuat belido menjadi jenis ikan yang paling sulit dikembangbiakkan, jika dibandingkan dengan ikan lain yang hidup di Sungai Musi.
Ada satu jenis lagi ikan sungai yang mirip sekali dengan ikan belido, yaitu ikan putak.
Yang membedakan jenis ikan putak ini dengan ikan belida adalah ukurannya yg lebih kecil dan tidak ada totol totol ditubuhnya, ikan putak masih sering bisa didapati dan banyak dibuat untuk bahan pembuatan pempek, kerupuk dan kempelang Palembang.